Man Jadda Wajada
Suasana
pagi ini tidak seperti yang diharapkan oleh Fifi, karena sejak subuh tadi
ketika Fifi bangun untuk sholat subuh, langit sudah memuntahkan isinya ke bumi.
Sehingga Fifi khawatir akan bertahan sampai siang hari. Ternyata yang dipikir Fifi
benar, hujan terus turun hingga jam 2 siang. Sebelumnya Fifi berharap semoga
hujannya berhenti sebelum siang. Walaupun hujan terus mengguyur kota hingga
siang, itu tidak menyurutkan niat Fifi untuk melihat sahabatnya bertanding.
Ya…hari ini adalah hari final pertandingan Fino dan Fifi sudah berjanji akan
melihatnya.
Kriiiing..kriing….kringg……
Bunyi
handphone Fifi terus terdengar sehingga Fifi berhenti membaca novel.
“Fi,
kamu dimana?”
“Aku
masih dirumah no, hujan deras banget”
“Iyaaa,
aku tau. Tapi kamu jangan sampe gak dateng ya? Kamu kan tau ini pertandingan final
aku di tahun ini”
“Iya..iya…
kamu tenang aja deh, ntar lagi aku siap-siap”
“Apa???
Kamu belum siap-siap dari tadi?? Aduh aku udah di depan rumah kamu nih, cepet
deh bukain pintu”
“Haaaaahh……..???
Eh kamu mah gak bilang-bilang kalo udah mau on the way.”
“Yaudah
lah. Bukain aja pintunya cepeeeet, aku kedinginan nih.”
“Iya..iyaaaa…bawel”
Fifi
pun segera membuka pintu dan melihat Fino tersenyum lebar dihadapannya. Inilah
yang selalu dirasakan Fifi setiap melihat senyum Fino, senyum yang membuat hatinya
merasa tenang dan hangat, yaitu senyum seorang sahabat. Setelah mempersilahkan Fino
masuk dan membuatkan minuman hangat, Fifi bersiap-siap untuk pergi ke
pertandingan Fino.
“Waahhh
selamat ya no, akhirnya kamu menang juga.”
“Iya
makasih ya sudah datang”
“Iya,
sama-sama, kita kan udah temanan dari kecil jadi ya wajarlah aku nonton
pertandingan final kamu hari ini. Ngomong-ngomong kamu keren banget tadi.”
“Iya
Fi, kamu emang sahabat aku yang paliiiiing baik dan paliiing ngertiin aku.
Makasih ya udah ada buat aku selama ini.”
Fifi
hanya tersenyum membalas pujian Fino.
Mereka
berjalan meninggalkan stadion dengan perasaan senang dan gembira, mereka pulang
bersama dan Fino mentraktir Fifi makan malam, sekaligus berterima kasih kepada Fifi.
Selama diperjalanan mereka saling bercerita tentang mimpi mereka setelah tamat
SMA, Fino ingin melanjutkan sekolah di sekolah bola ternama di Jakarta, yang
menurut Fino akan membawa nya pada mimpi-mimpi yang selama ini ingin di
wujudkan. Yaitu Fino ingin menjadi pemain bola dunia sehingga bisa membanggakan
keluarga dan bangsa. Sementara Fifi ingin melanjutkan kuliah di Universitas
nomor satu di Indonesia, ia ingin menjadi seorang dokter yang bisa membantu
orang yang sedang tidak berdaya. Sebenarnya cita-cita awal Fifi bukanlah
menjadi dokter, yaitu menjadi pengacara. Semenjak ibunya meninggal karena
penyakit yang Fifi sendiri tidak tahu apa penyakitnya karena waktu itu Fifi
baru berumur 4 tahun, sejak itu Fifi ingin sekali menjadi seorang dokter dan
bisa membantu orang-orang yang disayanginya.
Keesokan harinya disekolah
Fifi terdiam di dalam kelas sambil
menatap buku yang ada dihadapannya, tetapi tatapannya bukan pada buku itu,
tatapannya kosong. Ia sedang memikirkan bagaimana cara agar mimpi yang selama
ini ingin diwujudkannya dapat tercapai. Kalau hasil belajarnya sendiri kurang
memuaskan. Untuk masuk Universitas ternama dan jurusan kedokteran bukanlah hal
mudah, Fifi tau itu. Dia terus memutar otak agar nilai-nilai nya bisa mencapai
standar kelulusan fakultas kedokteran. Dia tidak bisa belajar sendirian, dia
tidak bisa memahami materi pelajaran dengan hanya melihat dari contoh yang
dituliskan dibuku. Dia tahu kemampuan belajarnya memang kurang baik jika
memahami sendiri, dan mau tidak mau dia harus mengikuti les tambahan supaya dia
bisa mewujudkannya.
Setibanya dirumah, Fifi langsung
mencari ayahnya dan menceritakan segala hal yang dipikirkannya disekolah tadi
siang. Awalnya ayah Fifi mengira bahwa cita-cita Fifi untuk menjadi dokter
adalah cita-cita anak kecil yang sedang sedih karena kehilangan ibu. Tetapi
ayahnya salah, sejak dia melihat ibunya terbaring sakit dan dokter tidak bisa
membantu sehingga ibunya pergi meninggalkan Fifi di usianya yang masih sangat
kecil, dia memang benar-benar bertekat untuk menjadi dokter. Ayahnya tersenyum
melihat usul Fifi tadi dan langsung menyetujuinya.
Kegiatan
rutin Fifi setelah pulang sekolah adalah melanjutkan les tambahan seminggu tiga
kali sampai tes masuk Perguruan Tinggi dimulai. Begitu juga dengan Fino, Fino
semangat menjalankan kegiatan sekolah bola nya setelah pulang sekolah, tetapi tidak
lupa untuk belajar, karena beberapa bulan lagi mereka akan mengikuti ujian
akhir sekolah yang menentukan bagaimana masa depan mereka.
Tidak terasa ujian akhir pun akan
diselenggarakan. Dengan perasaan gembira Fifi semangat berjalan menuju sekolah,
Fifi yakin pada kalimat bahasa arab “Man Jadda Wajada” yang artinya “Siapa Yang
Bersungguh-sungguh Akan Berhasil”. Karena dia sudah melaksanakan kesungguhan
hati nya untuk bisa menggapai mimpi, dan dia juga sudah berusaha sampai titik
maksimal yang dimilikinya. Fino dengan perasaan deg-degan berjalan kesekolah
berharap apa yang dipelajarinya bersama Fifi sesuai dengan ujian yang akan
dihadapinya nanti. Dalam perjalanan kesekolah mereka berpapasan di depan
kompleks rumah dan berjalan bersama menuju sekolah. Ujian dilaksanakan selama
empat hari. Empat hari yang paling menentukan bagi para siswa/siswi SMA yang
belajar selama tiga tahun untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Empat
hari musim ujian pun usai, perasaan lega menyelimuti para siswa/siswi yang
telah selesai menghadapi ujian yang paling menentukan ini. Sekarang waktunya
untuk bersiap-siap menghadapi perang nasional selanjutnya, yaitu perang masuk
Perguruan Tinggi Negeri.
Sebelum mengikuti seleksi masuk
Perguruan Tinggi Negeri secara tertulis, ada yang disebut dengan SNMPTN yaitu
seleksi masuk melalui undangan. Setiap siswa/siswi diseleksi berdasarkan nilai
raport dari semester satu sampai semester tujuh. Tetapi Fifi tidak lolos
mengikuti tes undangan tersebut. Seminggu lagi ujian tes tertulis akan di
adakan, dengan semangat yang membara Fifi terus belajar untuk menghadapi ujian
tertulis.
Tidak
terasa waktu yang di nanti-nanti tiba, Fifi melangkah menuju lokasi tes dengan
was-was. Dia takut akan gagal dalam mengikuti tes karena soal-soal tes tersebut
terkenal sangat sulit. Tetapi dia terus meyakinkan dirinya dalam hati supaya
tidak kalah sebelum berperang. Langkah pertama yang dilangkahkan kakinya akan
membawanya pada hasil yang sesuai dengan usahanya, dia percaya itu. Sembari
menunggu angkutan umum melewati jalan raya di depan rumahnya Fifi terus membaca
buku sambil berkhayal semoga soal yang akan di selesaikannya nanti sesuai
dengan yang selama ini di pelajarinya. Tes berlangsung satu hari penuh dan
hasilnya di umumkan satu bulan setelah tes dilaksanakan.
Satu bulan kemudian…
Fifi dan Fino sedang asik bermain
bersama teman sekolah mereka, sebelum mereka semua berpisah untuk menggapai
cita-cita. Mereka berkumpul bersama untuk melihat hasil tes bulan lalu yang
akan di umukan pada hari ini. Sebelum membuka web Perguruan Tinggi yang mereka
pilih, mereka berdo’a agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Pertama yang
membuka adalah Fino ternyata dia tidak lolos ujian tes Perguruan Tinggi, tetapi
Fino tidak terlalu kecewa karena yang diharapkannya adalah lolos seleksi
sekolah bola yang selama ini diinginkannya. Pengumuman seleksi sekolah bola
juga diumumkan dihari yang sama, dengan tidak ragu lagi Fino membuka web
sekolah bola tersebut dan hasilnya tidak seperti yang dia harapkan. Dia sangat
kecewa, sedih, kesal, dan marah, tetapi dengan adanya teman teman yang selalu
ada untuknya Fino terhibur dan tidak mau menyalahkan diri sendiri.
Selanjutnya
diteruskan oleh teman-teman mereka yang lain, dan sekarang tibalah waktunya
untuk Fifi yang melihat hasil tesnya. Dengan perasaan campur aduk Fifi membuka
web tersebut dan ternyata hasilnya sesuai, Fifi sangat senang dan tidak lupa
untuk bersyukur kepada Tuhan yang memberikan hasil sesuai dengan usahanya.
Teman-teman Fifi yang lain ada yang lolos juga ada yang tidak, mereka semua
saling menguatkan dan saling memberi semangat.
Walaupun
Fifi lolos seleksi, dia tetap bersemangat menemani Fino keesokan harinya. Fifi
mengajak Fino untuk mendaftar masuk Perguruan Tinggi di jalur berikutnya. Fifi
yakin langkah pertama mereka pada pagi hari ini akan membawa Fino menggapai apa
yang diinginkan oleh Fino. Sama seperti keyakinan Fifi saat dia akan mengikuti
tes Perguruan Tinggi pada waktu itu.